A. Pendahuluan
B. Pemetaan Rantai Pasok Konvensional
Diagram Alir Rantai Pasok (Workflow):
Sourcing (Penambangan): Ekstraksi Logam Tanah Jarang (Rare Earth Elements), Kobalt dari Kongo, Litium dari Chile, serta Emas dan Tembaga.
Manufaktur Komponen: Pembuatan layar OLED, sensor kamera, dan sirkuit terpadu (IC) di fasilitas clean room yang sangat padat energi.
Perakitan Utama (Assembly): Perakitan ribuan komponen di pabrik perakitan besar di Asia Timur (seperti Foxconn).
Inbound/Outbound Logistics: Pengiriman komponen antar negara via udara (kargo pesawat) untuk mengejar siklus peluncuran yang cepat.
Distribusi & Ritel: Produk dikemas dengan kotak plastik/kertas berlaminasi dan dipajang di gerai ritel dengan pencahayaan tinggi.
End-of-Life: Smartphone dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) atau dibakar secara ilegal di negara berkembang untuk mengambil tembaganya.
C. Analisis Dampak Lingkungan (Dua Titik Kritis)
|
Titik
Kritis |
Analisis
Dampak Lingkungan |
|
Titik
Kritis 1: Ekstraksi Bahan Baku (Sourcing) |
Kerusakan
Biodiversitas & Pencemaran Air: Penambangan litium membutuhkan 2,2 juta
liter air untuk satu ton litium. Di segitiga litium Amerika Selatan, ini
menyebabkan kekeringan ekstrem bagi petani lokal. Selain itu, penambangan
kobalt sering dilakukan tanpa prosedur keselamatan, menyebabkan kontaminasi
logam berat pada sumber air tanah di sekitarnya.
|
|
Titik
Kritis 2: Fase Akhir Masa Pakai (End-of-Life) |
Akumulasi
Limbah Elektronik (E-waste): Hanya sekitar 17-20% smartphone dunia yang
didaur ulang secara resmi. Sisanya menjadi limbah beracun. Komponen seperti
merkuri dan kadmium pada sirkuit dapat merembes ke tanah (leaching),
mencemari air minum, dan masuk ke rantai makanan manusia (Bioakumulasi).
|
D. Usulan Strategi Green Supply Chain (GSCM)
|
Prinsip
GSCM |
Deskripsi
Strategi |
Implementasi
(How-To) |
Manfaat
Lingkungan |
|
Green Sourcing
(Pengadaan Hijau) |
Substitusi
material dengan bahan daur ulang 100%. |
Mewajibkan pemasok
menggunakan kobalt daur ulang dari baterai bekas dan emas daur
ulang dari perhiasan/e-waste untuk sirkuit utama. |
Menghilangkan
kebutuhan penambangan baru, mengurangi emisi karbon dari proses ekstraksi
hingga 70%. |
|
Green Design
(Desain Hijau) |
Desain Modular
& Right to Repair. |
Menggunakan sekrup
standar (bukan lem permanen) dan menyediakan modul yang dapat dilepas
(seperti layar atau baterai) tanpa alat khusus. |
Memperpanjang
usia pakai ponsel dari rata-rata 2 tahun menjadi 5 tahun,
mengurangi volume e-waste global secara drastis. |
|
Reverse
Logistics (Logistik Terbalik) |
Sistem Closed-Loop
Recovery. |
Perusahaan menyediakan label
pengiriman gratis untuk pengembalian ponsel lama dan memberikan kredit toko
(trade-in) kepada konsumen. |
Memastikan 100%
komponen beracun tidak berakhir di TPA dan dapat diekstraksi kembali sebagai
bahan baku produksi selanjutnya. |
E. Kesimpulan
F. Rekomendasi
Regulasi: Pemerintah harus mewajibkan produsen smartphone menyediakan suku cadang minimal selama 7 tahun setelah produk dirilis.
Inovasi: Investasi pada teknologi ekstraksi otomatis untuk memisahkan emas dan perak dari sirkuit lama agar lebih efisien secara biaya dibanding menambang.
Konsumen: Mengedukasi konsumen untuk tidak menyimpan ponsel lama di rumah (idle), melainkan menyerahkannya ke pusat pengumpulan resmi.
DAFTAR PUSTAKA
Hossain, M. S., et al. (2020). Environmental Impact of Smartphone Manufacturing: A Life Cycle Assessment Study. Journal of Cleaner Production, Vol 250.
Srivastava, S. K. (2007). Green supply‐chain management: A state‐of‐the‐art literature review. International Journal of Management Reviews.
Statista. (2024). Electronic Waste Worldwide - Statistics & Facts. Diambil dari
www.statista.com World Economic Forum. (2019). A New Circular Vision for Electronics: Time for a Global Reboot.

