Lokasi Pengamatan: Kantin Kampus
Objek Pengamatan: Mahasiswa, Staf, dan Pengunjung Kantin
Tabel Pengamatan
| No. | Perilaku Konsumsi Tidak Berkelanjutan (Deskripsi Singkat) | Frekuensi / Tingkat Kejadian | Dampak Negatif Utama |
| 1 | Penggunaan alat makan sekali pakai (sendok, garpu, sumpit plastik) meskipun makan di tempat (dine-in). | Sangat Sering | Penumpukan sampah plastik yang sulit terurai. |
| 2 | Penggunaan kantong plastik (kresek) untuk membungkus makanan meskipun hanya dibawa dalam jarak dekat ke meja atau kelas. | Sangat Sering | Pemborosan material plastik sekali pakai. |
| 3 | Pembelian minuman dalam kemasan gelas plastik dengan sedotan plastik sekali pakai secara rutin. | Sangat Sering | Sampah mikroplastik yang mencemari lingkungan. |
| 4 | Meninggalkan sisa makanan di piring karena mengambil porsi yang terlalu besar atau tidak menyukai lauk tertentu. | Sering | Pemborosan makanan (food waste) dan peningkatan gas metana di TPA. |
| 5 | Penggunaan berlebihan tisu makan (mengambil banyak lembar) hanya untuk satu kali usapan kecil. | Sering | Deforestasi (karena bahan baku kertas) dan penumpukan limbah domestik. |
Analisis dan Kesimpulan
1. Analisis Penyebab
Berdasarkan pengamatan, tiga perilaku yang paling sering terjadi disebabkan oleh beberapa faktor utama:
Faktor Kemudahan (Convenience): Penggunaan plastik dan alat makan sekali pakai dipilih karena dianggap praktis, tidak perlu mencuci, dan mudah dibuang setelah digunakan.
Kurangnya Fasilitas Alternatif: Pengelola kantin jarang menyediakan alat makan permanen (stainless steel) yang cukup atau stasiun pengisian air minum gratis bagi pemilik tumbler.
Kebiasaan dan Kurang Kesadaran: Banyak konsumen melakukan perilaku tersebut secara otomatis tanpa memikirkan dampak jangka panjang karena harga produk sekali pakai sudah termasuk dalam harga makanan (terasa murah/gratis).
2. Saran Solusi
Berikut adalah 3 rekomendasi solusi praktis yang dapat diterapkan:
Penerapan Kebijakan "Tanpa Plastik": Pengelola kantin dapat memberikan insentif berupa potongan harga (misal: Rp500) bagi mahasiswa yang membawa wadah makan atau tumbler sendiri, serta tidak lagi menyediakan sedotan plastik.
Penyediaan Sarana Sanitasi Alat Makan: Pengelola harus menyediakan alat makan yang dapat dicuci kembali dan memastikan adanya fasilitas pencucian yang bersih agar konsumen merasa nyaman beralih dari alat makan plastik.
Kampanye Visual Porsi Secukupnya: Menempelkan poster edukasi di area pengambilan nasi atau pesanan untuk mengingatkan konsumen agar mengambil porsi sesuai kemampuan makan guna mengurangi sisa makanan terbuang.
No comments:
Post a Comment